WALED COT MEURAK, AHLI KITAB KUNING
Ayo mengenal lebih banyak orang alim, insya allah tetap berkah walau hanya lewat media sosial. #tekskopas #share _______________...
https://www.tastafi.com/2020/09/waled-cot-meurak.html
Ayo mengenal lebih banyak orang alim, insya allah tetap berkah walau hanya lewat media sosial. #tekskopas #share
______________________________________________
WALED COT MEURAK
(Tgk. Tarmizi Al-Yusufi) Dewan Pembina IKABAS
Oleh Ilham Mirsal
Waled Tarmizi Al-Yusufy, di Aceh Selatan lebih akrab disapa dengan panggilan Tgk. Ar, beliau merupakan Putra Ketiga Ulama Karismatik Aceh Abu (Tgk. H. Mhd. Daud Al-Yusufy) yang lebih dikenal dengan Abu Teupin Gajah, pendiri Dayah Madinatuddiniyah Babussa’adah Teupin Gajah, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan.
Waled lahir di Teupin Gajah 5 Oktober 1973, Waled kecil menempuh pendidikan formalnya di SDN 1 Rasian, sembari terus memulai pendidikan agama pada ayahnya yang merupakan pimpinan Dayah Babuss’adah.
Dari kecil Waled dikenal cerdas dan sangat jenius, dalam setiap pengajian kelas di Dayah Babussa’adah Waled selalu kritis dan sering berdebat jika tidak sesuai dengan pemahamannya, atas sikap kritisnya, tidak sembarangan guru bisa mengajar di kelas Waled, hanya beberapa orang guru senior saja yang mampu mengajar di kelas tersebut.
Di umur 16 tahun, tepatnya 1989 Waled sudah menamatkan kitab Mahalli di Dayah Babussa’adah, melihat kepintaran Waled dalam pemahaman kitab kuning, terutama kitab alat, nahu dan saraf dll, maka Abu (Ayahnya) memilih Dayah MUDI Mesra Samalanga untuk melanjutkan pendidikan Waled.
Tepatnya tahun 1989, Waled di daftarkan pada Dayah MUDI, dibawah kepemimpinan Abu Hasanoel Basri HG, atau lebih dikenal dengan sebutan Abu MUDI. Disana Waled mondok selama 11 tahun sampai akir tahun 2000.
Disamalanga, Waled menjadi guru senior, beliau menjadi guru rujukan para santri dan para dewan guru yang mengajar di MUDI, kealimannya di akui oleh setiap kalangan, bahkan banyak kakak letingnya kemudian muraja’ah kembali kitabnya pada Waled.
Atas kealimannya, Abu MUDI mempercai Waled mengajar di Bale Beuton, bale Beuton merupakan bale tempat Abu mengajar, dan bale ini kusus untuk kelas dewan guru senior, dan pimpinan langsung yang mengajarnya. Bagi santri di MUDI, dapat bejar di bale beuton merupakan sebuah prestasi yang luar biasa, karna tidak semua santri dapat belajar disana.
Berbeda dengan kebanyakan santri, Waled justru mendapat kesempatan mengajar disana, sungguh prestasi yang sangat besar, yang hanya dapat diraih oleh beberapa orang saja, yang sudah dipercaia dan di akui keilmuannya oleh Abu MUDI,
Diantaranya yang dapat mengajar menggantikan Abu di Bale Beuton adalah, Ayah Min Cot Trueng, Ayah Sop Jeniep, dan salah satunya Waled Tarmizi.
Di bale beuton Waled sudah mengkhatamkan banyak kitab, diantaranya Syarah Tuhfatul Ikhwan fi Ilm Bayan, Ghayah Wushul fil Ilm Ushul, al Musthasfa Imam Ghazali, Syarah Malawi ala Sulam fi Mantiq, Syarah Syamsiah, Ghayah Wushul, dan lain-lain.
Bahkan 4 tahun terakhir, Waled sudah mulai mengajar kitab Tuhfah Al Muhtaj (Tuhfah) kitab Fiqh terbesar karya Ibnu Hajar Al Hatami setebal 10 jilid di Dayah miliknya Cot Meurak.
Saat mondok Waled adalah sosok yang gigih, istilah kutu buku tepat kita sematkan padanya, banyak sahabatnya menyaksikan demikian, karna Waled hampir tidak lepas dengan kitab, beliau selalu belajar dan terus menurus bersama kitab,
bukan hanya kitab, saat masih mondok Waled setiap hari membaca al-Quran sebanyak 5 jus, dan itu rutin beliau lakukan, maka Waled setiap minggu sekalai sudah mengkhatamkan al-Quraan, atau 1 bulan 4 kali tamat.
Karna Waled meyakini, Al-Quran adalah sumber kecerdasan, al-Quraan menjadikan daya ingat kuat, karna itu, beliau dengan mudah memahami kitab kuning (literature klasik/ kitab turas).
Hal ini benar saja, jika kita bertanya soal kitab atau agama pada Waled, pada kesempatan berjumpa di Banda Aceh (misalnya) atau dimana saja diluar (pengajian), beliau langsung menjawabnya dengan ibarat kitab, beliau seakan menbaca teks kitab, dan hebatnya lagi bahkan Waled hafal halamannya, dan posisi letaknya.
Kembali ke Babussaadah thn 2000 – 2005
Setelah 11 Tahun lamanya di Dayah MUDI, Waled memutuskan kembali ke Dayah Babusa’adah untuk membantu Abu (Ayahnya) dalam mengelola Dayah Babussa’dah, dengan sentuhan tangannya Dayah Babussadah melakukan beberapa inovasi, baik pembangunan ataupun pendidikan.
Dari sisi pembangunan, selama 5 tahun dayah ini berobah dari gaya klasikal menjadi modern, dimana Waled mulai membangun Mushalla Besar permanen, bak Air, asrama santri, kantor (Pendopo Dayah), Pustaka, ruang kelas, berobah dari semi permanen menjadi permanen.
Tentu perubahan ini melibatkan semua pihak, baik santri, alumni, keluaga, para abang dan kakak Waled lainnya, dan yang pasti dibawah peran dan tanggung jawab Alm. Abu (Abu Daud Teupin Gajah) selaku pimpinan.
Balik lagi ke Mudi dan Menikah.
Pada akir tahun 2005, Waled kembali lagi ke Dayah MUDI Samalanga, beliau meneruskan mengajar disana, dan tahun itu pula Waled memutuskan berkeluarga, beliau menikahi seorang gadis anak tokoh Masyarakat Ule Gle Pidie Jaya, yang tidak berapa jauh dari Dayah tempat beliau tinggal.
Membuka Dayah Sendiri
Setelah berkeluarga, Waled mulai banyak beraktifitas di Dayah MUDI dan diluar Dayah, kemudian atas beberapa masukan sahabatnya, dan masukan guru-gurunya, maka Waled pada tahun 2012 memutuskan membuka Dayah miliknya sendiri dengan nama Dayah “NAJMUL HIDAYAH AL-AZIZIYAH”. Dan milih lokasi di Meunasah Subung Cot Meurak Samalanga, lokasinya tepat ditepi sugai Krueng Batee Iliek yang tidak berapa jauh dari Dayah Induk Mudi.
Dibawah kepemimpinannya Dayah ini berkembang pesat, setiap orang berdecak kagum atas capaiannya. Bangunan-bangunan dalam sekejab seakan tumbuh disetiap pojok Dayah, masjid mewah dan asrama berlantai pun ikut menggambarkan kesusksesan dayah ini.
Tidak hanya pembangunan, ratusan santri pun mondok disini, banyaknya santri menunjukkan dayah Najmul Hidayah milik Waled ini, merupak salah satu Dayah Favorit yang ada di Aceh kini, dan Waled pun melakukan berbagai inovatis disini, terutama Waled focus pada kurikulum dan sistem pendidikannya.
Berbeda di dayah MUDI, Waled mengajar kelas Santri Senior, disini pada Dayah Miliknya Waled justru mengajar kelas Mubtadi (kelas dasar), metoda ini beliau lakukan untuk memberi pemahaman dasar pada santri, agar santri lebih mudah memahami dasar kitab gundul tersebut.
Atas sikap kritis Waled, maka beliau mencoba menemukan kendala apa saja, bagi santri sehingga sulit memahami kitab, maka inovasi metoda dan bahan ajar terus berkembang, sehingga santri tahun ini lebih cepat memahami kitab dibandingkan dengan santri tahun sebelumnya.
Atas usaha keras waled, maka Dayah Najmul Hidayah menjacapai tujuannya dalam mendidik santri, diantaranya Dayah Najmul Hidayah telah mewisudakan 70 santri yang mampu menhafal kitab. Diantaranya Kitab Mutammimah 46 0rang, Al fiyah 23 orang, dan Matan minhaj 1 orang, hebatnya para santri menghafal dalam waktu relative singgkat, ada yang hanya dalam waktu 8-2,5 tahun saja, bahkan diantara mereka murid kelas 1 dan kelas 2.
Tentunya usaha santri ini bukan Cuma-Cuma, Waled menggunakan metoda hadiah, siapa saja yang mampu mencapai target akan diberi hadiah sesuai yang ditentukan, hadiah utamanya adalah 1 tiket umrah. Dan tahun ini dayah Waled kembali akan menggelar wisuda tahab-2, dengan total hadiah 75 juta.
Dewan Pembina IKABAS.
Atas berbagai prestasi yang di capai Waled, serta keilmuan dan dedikasinya pada Dayah Babussa’adah, oleh para Alumni mempercayainya sebagai salah seorang penasehat IKABAS bersama para Guru dan Alumni senior lainnya, semoga Waled tetap sehat, dipanjangkan Umur agar terus dapat mengembangkan ilmunya untuk umat dalam rangka terus merawat dan menjaqa aqidah Ahlusunnah Wal-Jamaah. Amin…….
Penulis (AY).
(Tulisan ini dikeluarkan oleh Sekreteriat Ikatan Alumni Dayah Madinatuddiniyah Babussa’adah,
“SEKRETARIAT IKABAS”
Gampong Teupin Gajah Kecamanatan Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi. Aceh.)