Aceh Menuju Kota Tastafi Dunia?
Ribuan santri dari berbagai dayah di seluruh Aceh berkumpul di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh untuk menyaksikan acara pelant...
https://www.tastafi.com/2019/02/aceh-menuju-kota-tastafi-dunia.html
Ribuan santri dari berbagai dayah di seluruh Aceh berkumpul di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh untuk menyaksikan acara pelantikan Pengurus Pusat Majelis Pengajian dan Zikir Tasawuf, Tauhid dan Fiqih (Tastafi) Aceh periode 2018-2023, yang berlangsung di halaman masjid tersebut, Selasa (17/4) malam. SERAMBI/BUDI FATRIA.
Oleh Fauzan Asim Saleh
ISLAM merupakan sebuah agama yang lahir dan hadir ke
dunia ini dengan ajaran yang universal rahmatan lil’alamin. Rasulullah saw
dalam menyebarkan risalah-Nya yang dibawakan oleh para sahabat, tabi’, tabi’in
hingga para ulama dan seterusnya selalu mengedepankan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar dengan konsep bil mauizah hasanah yang mencakup tiga dimensi disiplin,
pertama ilmu tauhid yang diumpamakan sebagai tanah tempatnya bercocok tanam.
Namun tanah atau lahan tidak memadai tanpa adanya tanaman, maka lahirlah yang
kedua Ilmu Fiqh.
Kemudian, lahan dan tanaman sudah tumbuh dengan subur
namun tanpa pemeliharaan yang baik termasuk pagar sebagai penghalau terhadap
berbagai anacaman dan punahya tanaman tersebut, solusi yang terkahir denga Ilmu
Tasawuf sebagai jawabannya. Maka atas dasar filosofi tersebut, setelah
perenungan yang panjang menjawab berbagai fenomena dan persoalan yang terjadi
di zaman now, kami menamai pergerakan dakwah dengan nama Tastafi (Tasawuf,
Tauhid dan Fikih).
Majelis Tastafi
Baru-baru ini sebuah gerakan dakwah yang bernama
Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi ini merupakan sebuah organisasi
kemasyarakatan yang bergerak dalam mengkaji, mengembangankan dan menyiarkan
Ilmu Agama Islam yang berpaham Ahlusunnah wal jama’ah dalam bidang tauhid,
fikih dan tasawuf. Kata Tastafi sebagai singkatan dari Tasawuf, Tauhid dan
Fikih tidak menunjukkan urutan posisi bidang-bidang keilmuan tersebut melainkan
sebuah singkatan supaya memudahkan penyebutan. Sementara urutan posisi keilmuan
tetap merujuk sebagaimana telah diatur oleh para ulama dalam kitab-kitab
muktabarah.
Keberadaan organisasi Tastafi ini untuk memperkuat
ukhuwah islamiah dan harmonisasi antardayah, balai pengajian, majelis taklim
dan masyarakat dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, sebagai
bentuk kepedulian sosial dalam menumbuh-kembangkan ketakwaan kepada Allah Swt
bagi terwujudnya masyarakat madani.
Tastafi dalam kehidupan sehari-hari berlandaskan pada
Alquran, hadis, ijma’, dan qias. Ini diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan
penghidupan serta menjalin ukhuwah dan silaturahmi dalam membina dan
mengembangkan budaya islami, saling mengenal, tolong menolong, serta bertausiah
di jalan yang benar, guna memperkuat dan mewujudkan pola kehidupan
bermasyarakat yang islami. Tastafi juga merupakan cerminan keindonesiaan dengan
memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam berbagai kegiatan dengan tetap
memperhatikan kebhinekaan yang kita miliki.
Bukan hanya itu, Tastafi tidak saja mengurusi dan
fokus kepada amaliah dan taklim (beut seumeubeut) juga bergerak di bidang
keilmuan lainnya, baik kebudayaan yang bergerak di bidang ilmu pengetahun dan
teknologi (iptek), sosial, ekonomi, hukum, maupun tatanan kelembagaan dan
managemen dan lainnya dengan maqasidul ammah untuk melahirkan kajian, inovasi,
sumbangan pemikiran dan karya-karya nyata dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Tastafi berusaha mencegah lahirnya paham yang sesat
dan penyimpangan ilmu dan akidah dari manhaj Ahlisunnah wal jama’ah (Aswaja)
sebagaimana dibawa oleh rasulullah. Dewasa ini generasi muda dan masyarakat
lebih senang mengikuti sesuatu yang baru yang diwarisi oleh pemikiran nonmuslim
dan sejenisnya baik sekulerisme, pluralisme maupun leberalisme (sepilis).
Lahirnya penyimpangan tersebut juga di antara banyak
sekali cara dan metode musuh Islam dalam usaha menjatuhkan kaum Muslimin dari
Alquran sebagai landasan kehidupan sehari-hari. Mereka berusaha keras untuk
memasarkan di kalangan kaum muslimin “4S” (sing, sex, sport, smoke) demikian
juga “4F” (fun, fashion, food, faith) dengan tujuan agar kaum Muslimin
melupakan kitab pegangan utama Alquran, serta tuntunan Nabi saw lewat
hadis-hadis Nabawiyyah, dengan tuntunan para ulama lewat pengajian (beut
seumeuebut).
Ternyata ghazwul fikri (perang pemikiran) ini dianggap
paling efektif oleh musuh-musuh Islam, karena itu tidak heran jika umat Islam
dewasa ini banyak yang tidak mempelajari agama Islam secara benar dan mendalam
bahkan dengan jujur banyak ditemui di dalam rumah tangga umat Islam. Tidak ada
solusi dan jawabannya selain dengan menghidupkan pergerakan Tastafi baik di
kota, meunasah, masjid, universitas, lembaga pendidikan umum, seperti yang
ditempuh oleh Tastafi Pidie Jaya dengan memasukkan program Tastafi lewat jalur
pendidikan formal, di SD dan SMP.
Ajaran moderat
Kita yakin bahwa manhaj Aswaja yang juga menjadi
pegangan Tastafi, merupakan sebagai ajaran tawasuth (moderat) antara naqal dan
rasionalitas di bidang tauhidnya. Begitu juga tasawuf yang diajarkan oleh
Junaidi Al-Bughdadi dan beberapa ulama lainnya sebagai ikutan yang
direpresentatifkan dalam bentuk lebih moderat (tawasuth) oleh Hujjatul Islam
Imam Al-Ghazali, sedangkan fiqh berlandaskan kepada empat mazhab (Hanafi,
Maliki, Syafi’i, dan Hanbali), maka menjadi lengkaplah ketiga pilar ilmu dalam
perahu Tastafi.
Hal tersebut diperkuat oleh perkataan Imam Malik,
“Barangsiapa mempelajari dan mengamalkan tasawuf tanpa fikih, maka dia telah
zindik, dan barangsiapa mempelajari fikih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa
yang mempelari tasawuf dengan disertai fikih dia meraih kebenaran dan realitas
dalam Islam.” (Ali al-Adawi dalam kitab Ulama Fiqih, Juz 2, hal. 195).
Sejak lahir dan cetuskan dan lahirnya Tastafi oleh
Al-Mukarram Abu Mudi, tentunya setelah melewati renungan panjang untuk menjawab
fenomena di zaman sekarang, beberapa tahun yang silam, dan antusiasnya
masyarakat menyambut pergerakan dakwah dan pendidikan ini dengan kolaborasi
zikir dan taklim lewat pengajian umum dan terbuka. Ini merupakan satu
implementasi petuah dan peuneutouh Allahuyarham Syaikhuna Abon Aziz Samalanga
beut seumeubeut, sehingga
Tastafi saat ini bukan hanya berkembang dan menjadi
oase dan santapan rohani masyarakat Aceh juga luar Aceh, baik Sumatera maupun
daerah lainnya di nusantara bahkan Tastafi juga telah “go internasional”,
merambah Eropa dan benua lainnya. Ini dibuktikan dengan diadakannya pengajian
Tastafi di belahan negara tersebut baik Denmark, Swedia, Norwegia, dan sejumlah
negara lainnya.
Lahirnya Tastafi bukanlah pergerakan dan wadah politik
dan Tastafi juga bukanlah milik kalangan dayah juga bukan milik dayah, tetapi
milik umat dan masyarakat dan kita semua hanya saja kami mengawal dan
menahkodai perahu Tastafi ini di tengah derasnya ombak dan tsunami samudera era
globalisasi yang menghantam dan mengancam akhlak, moral, agama, akidah dan
budaya generasi penerus Islam. Maka dengan semangat dan ruh militansi, kita
berharap Tastafi mampu membumikan Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) dan mewarnai
serta menjaga relugasi syariat Islam di bumi endatu ini. Wallahu muwaffiq
ila ‘aqwamith thariq.
* Fauzan Asim Saleh (FAS), alumnus Universitas
Biladussyam Suriah dan kini sedang menyelesaikan program pendidikan
pascasarjana di Universitas Imam Auzai, Suriah. E-mail: fauzaninzhagi@gmail.com
sumber: serambi indonesia
|